Prokopim dan Wartawan Purbalingga Tour ke Wonosobo, Nikmati Indahnya Kebun Teh Tambi

  • Aug 11, 2024
  • Amir M Sinnangga

 

Renata.kim.id, Purbalingga - Protokol dan Informasi Pimpinan (Prokopim) Setda Kabupaten Purbalingga bersama puluhan wartawan di wilayah Kabupaten Purbalingga melakukan tour ke Kebun Teh Tambi di Kabupaten Wonosobo. Tour selama dua hari, yakni Jum'at dan Sabtu (9-10/8/2024) dimanfaatkan untuk menelusuri sejarah dan proses produksi teh di PT Tambi.

"Semoga nanti bisa menikmati suasana di kebun teh ini, dan bisa membuat fres ketika pulang nanti," ungkap Kabag Prokopim Setda Kabupaten Purbalingga, Titis Panjer Rahino di sela sela gala dinner.

Pagi hari, setelah menyaksikan turunnya kabut dan perlahan menyingkir dihalau menyeruaknya cahaya matahari, rombongan dari Kabupaten Purbalingga dipandu untuk menyusuri hamparan kebun teh di sekitar pabrik pengolahan teh PT Tambi. Sembari menghangatkan tubuh, rombongan berjalan melalui jalan setapak menyaksikan hijau ranaunya daun-daun teh, sesekali mereka mengambil gambar menggunakan ponsel masing-masing.

Pada hamparan daun teh seluas 830 hektare, terlihat' puluhan wanita pemetik daun teh sedang melakukan tugasnya, memetik daun teh. Mereka berjibaku memetik daun-daun yang masih muda dan nampak berkilau disapu cahaya matahari yang menyusup lewat celah dedaun pohon-pohon kayu yang di sekelilingnya.

Kemudian setelah daun-daun yang terkumpul di keranjang yang ada di gendongan menumpuk, para wanita pemetik daun teh memindahkannya ke dalam kantong dan siap dinaikan ke atas punggung untuk dibawa ke pabrik.

Kegiatan yang telah rutin dilakukan di atas perbukitan setinggi 800-200 MDPL tersebut merupakan panorama indah yang sulit disaksikan di daerah lain. Itu yang kemudian menjadi daya tarik orang-orang untuk datang ke kebun teh Tambi, melihat keindahan kebun teh di perbukitan, menyaksikan hamparan kabut dan terbitnya matahari di celah gunung Sindoro dan Sumbing, dan juga memotret dari dekat para wanita pemetik daun teh.

Di pabrik pengolahan, daun-daun teh tersebut akan mengalami sejumlah proses panjang hingga menjadi teh yang siap seduh dan diminum. Berikut proses pembuatannya :

Penyiapan

Daun teh yang sudah dipetik disiapkan terlebih dahulu, dipilih daun yang masih muda (pucuk daun) teh yang halus. Sekurangnya 60 % pucuk daun teh dalam kondisi utuh.

Pelayuan

Setelah disiapkan, daun-daun teh diletakan di atas papan pelayuan untuk dipanasi hingga  mencapai 32 – 35 persen derajat layu dengan kadar air 65 – 68 persen. Proses ini memerlukan waktu sekitar 4 – 6 jam.

Pengayakan

Setelah dilakukan pelayuan,  proses berikutnya adalah pengayakan untuk memisahkn pucuk daun teh dari berbagai kotoran seperti pasir, krikil, dan benda lainnya yang dapat mengakibatkan pisau  gilingan rusak atau tumpul.

Penggilingan

Setelah dibersihkan, daun teh akan digiling, dirajang sampai lembut dan  membuat seluruh sel daunnya pecah. Proses tersebut akan menghasilkan oksidasi enzimatis (fermentasi)  perombakan pektin  dan perombakan klorofil oleh enzim.

Fermentasi

Fermentasi dilakukan di ruang dengan suhu rendah  25ºC dengan kelembaban 90-100 persen.

Pengeringan

Tahap berikutnya daun teh dikeringkan hingga kadar air mencapai 3 - 5 persen.

Sortasi

Sortasi atau sortir dilakukan untuk memisahkan serat dan tangkai, sehingga yang terkumpul tinggal daun teh murni yang sudah lembut dan siap dipasarkan.

"Selama ini Tambi hanya memproduksi teh hitam," ujar Purwadi, salah seorang pekerja di bidang pengolahan.

Diceritakan, perkebunan teh yang dikelola oleh PT Tambi di desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo merupakan perkebunan teh yang sudah cukup lama menjadi sentra teh di kabupaten Wonosobo. Menurut beberapa sumber, keberadaan hamparan daun teh tersebut merupakan perkebunan yang berada sejak tahun 1867, jauh sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Sejak saat itu perkebunan bahan minuman segar tersebut menjadi panorama eksotik di bawah kaki gunung Sindoro dan Sumbing. Hijau daun-daun yang menentang luas menjadi daya tarik keindahan alam yang tidak terjadi di banyak tempat.

Terbukti, di Kabupaten Wonosobo hanya ada tiga tempat yang menjadi sentra perkebunan teh. Disamping di Desa Tambi, dua lokasi yang lain berada di kebun Bedakah, Desa Tlogomulyo, Kecamatan Kertek, dan Desa Sedayu,  Kecamatan Sapuran.

Dalam sejarah yang diketahui masyarakat Kabupaten Wonosobo, ketiga lokasi kebun teh tersebut didirikan oleh sebuah perusahaan yang konsen terhadap tanaman teh dan kina, yakni Bagelen Thee & Kina Maatschappij. Melalui NV John Peet sebagai pengelola, penguasaan kebun teh Tambi berakhir di tahun 1942, karena kedudukan Hindia Belanda dikuasai Jepang. Sayangnya, oleh pemerintah Jepang kebun teh tersebut tidak serta merta terurus dengan baik, bahkan sebaliknya, terlantar dan banyak yang dialih fungsikan menjadi lahan sayuran.

Penguasaan Jepang tidak lama, kemudian melalui Revolusi Kemerdekaan Indonesia semua milik Belanda dan Jepang diambil alih oleh Pemerintah Indonesia, termasuk kebun teh di Kabupaten Wonosobo. Namun ketika terjadi Konversi Meja Bundar (KMB) tahun 1950, pengelolaan kebun teh kembali dikuasai Belanda. Hal tersebut tidak berlangsung lama, karena pada 1954 Belanda resmi terusir dari tanah air.

Tahun 1954 perusahan teh tambi diambil alih oleh NV.Eks PPN Sindoro Sumbing dan pada tahun 1957, perusahaan tersebut bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan mendirikan PT. Tambi.

"Nanti pada tanggal 13 Agustus PT Tambi usianya  genap yang ke 67 tahun. Jadi besok PT Tambi ulang tahun," pungkas Purwadi.(Angga)